Kadang aku ingin menjadi AKU.
Yang tidak perlu berada dibalik bayang
sebagai anak orang tuaku, Istri suamiku, Ibu anak-anakku, Pimpinan anak
buahku, Teman si A,B,C,D.
Aku ingin bebas berteriak, menangis, marah, mencaci, merayu, memuji tanpa takut penilaian orang.
Aku ingin menjadi AKU.
Sebentar saja
Saturday, November 2, 2013
Entrepreneurship,
Pendapat
0
komentar
Setahun Bekerja = 70 Jam Kerja Mesin
![]() |
Demo Buruh, foto dari ciricara |
Seorang karyawan dalam seminggu bekerja 5 hari , setahun (ada 48 minggu) berarti 240 hari. Dikurangi (di tahun 2013 ) jumlah Hari Libur Nasional 14 hari, plus 5 hari cuti bersama, tambah 12 hari cuti tahunan = 31 hari libur.
240 - 31 = 209 hari kerja.
1 hari kerja = 8 jam.
209 x 8 =1672 jam.
1672/ 24 jam = hampir 70 hari.
Jika karyawan tsb tidak pernah ijin sakit kepala, ijin mentruasi (perempuan mendapat cuti tambahan 1 hari tiap bulannya),bolos atau ijin-ijin lainnya dalam setahun.
Dari hitung-hitungan tsb, terlihat 1 tahun masa kerja seorang karyawan = 70 hari masa kerja sebuah mesin. Tinggal pengusaha berhitung, lebih menguntungkan mana menggunakan tenaga kerja manusia atau mesin.
Ayo, kita demokan keahlian sehingga perusahaan bersedia membayar mahal dan merasa kita adalah aset yg lebih menguntungkan tak bisa terganti oleh orang lain apalagi mesin.
Wednesday, October 30, 2013
Entrepreneurship
0
komentar
Siaran Radio di Gaya FM bersama Womanpreneur Community
Hari Selasa 29 Oktober 2013, aku dan mbak Desi dapet kesempatan siaran di radio Gaya FM. Materi siaran kami adalah membahas peluang bisnis dari rumah tangga. Sekalian kesempatan promosi Nastar Safira

Kalau penasaran mau tau rekaman siarannya, boleh koq. klik Link ini aja ya...
Siaran Radio Gaya FM -WPC

Kalau penasaran mau tau rekaman siarannya, boleh koq. klik Link ini aja ya...
Siaran Radio Gaya FM -WPC
Tuesday, October 1, 2013
Entrepreneurship,
Iklan,
Sales and Marketing Strategy
1 komentar
6 Tips Beriklan di Media Sosial
Media sosial menjadi salah satu cara terbaik untuk menyampaikan materi promosi kita kepada masyarakat secara cepat dan
masif. Dengan sekali tekan tombol “ENTER” maka pesan yang kita kirim akan diterima
oleh relasi kita sekaligus teman-teman mereka. Bayangkan jika kita memiliki
1000 orang follower pada laman media
sosial, lalu ada 100 orang yang me-replay
quote kita , maka 1000 orang plus
ribuan orang teman dari 100 orang yang mereplay tadi akan membaca apapun yang
kita tulis. Tidak jarang para pembaca ’ikutan’ ini bisa menjadi follower berikutnya.
Berikut ada 6 tips beriklan
di media sosial:
1.
Gunakan
kalimat sederhana
Agar
usaha terlihat hebat, anda menampilkan materi iklan dalam kalimat yang panjang
ditambahi dengan data-data statistik.
Ingat, anda sedang beriklan, bukan menulis jurnal ilmiah. Sampaikan
materi iklan anda dalam kalimat sederhana dan tepat sasaran
2.
Visualisasikan
Orang
lebih tertarik pada gambar-gambar dibandingkan narasi. Jadi, lebih baik visualisasikan iklan anda. Boleh
dalam bentuk foto-foto ataupun video.
3.
Bercerita
Orang
juga lebih tertarik mendengarkan sebuah cerita dibandingkan ’petuah’. Misalkan
anda menjual produk herbal, dibanding anda ’berbusa-busa’ menjelaskan khasiat
produk anda dengan kandungan bahan-bahan yang terbukti manjur, akan lebih
menarik jika materi iklan anda dalam bentuk video testimoni para pengguna
produk anda.
4.
Pilih
media sosial yang tepat
Sekarang
banyak sekali sosial media yang bisa anda pilih : facebook, twitter, linkedin, pinterest,
youtube,slideshare dll. Sesuaikan dengan bentuk materi promosi anda dan tujuan
promosi.
5.
Tulislah
Apa Adanya
Berpromosi adalah mengumuman kepada masyarakat manfaat
yang bisa diperoleh dari membeli sebuah produk. Dalam materi promosi Anda bisa saja menutup- nutupi kelemahan produk
anda sekarang. Namun, begitu customer datang dan membeli produk tersebut, cepat
atau lambat kelemahan produk anda segera akan menyebar. Anda tentu tidak ingin menunggu ledakan
komplain, bukan?.
Kita bisa mencoba mencontoh pada disclaimer produk kosmetik.
6. Bekerja sama
Bergabunglah dengan perusahaan-perusahaan yang
memiliki visi atau tujuan promosi yang sama. Di media sosial Anda bisa berbagi hashtag sehingga tujuan gerakan anda lebih cepat
tercapai. Misalny,a gerakan #AyoSarapanPagi
yang diadakan oleh perusahaan cereal
besar dan sebuah tabloid wanita
![]() |
Dengan 4 Gadisku, 3 thn lalu |
Jika dibuat rincian singkat inilah jadwal harianku sebagai Ibu dari 4 putri rutin setiap hari :
-Bangun tidur, rapih-rapih, shalat subuh
-Bikin sarapan,
-Siapin A Pin & A Ming ke PG dan TK (Kakak2nya siap-siap sendiri)
-Antar Van-Da ke sekolah
-Antar A Ming ke sekolah
-Antar A Pin ke sekolah
-Ke Pasar buat menu besok
-Siapin A Pin & A Ming ke PG dan TK (Kakak2nya siap-siap sendiri)
-Antar Van-Da ke sekolah
-Antar A Ming ke sekolah
-Antar A Pin ke sekolah
-Ke Pasar buat menu besok
-Masak (menu dan sayuran sudah disiapkan malam sebelumnya)
-Antar Lunch Box ke sekolah VanDa
-Jemput A Pin
-Jemput A Ming
-Kerja termasuk pesbukan, twitteran, 'Ngompasiana,urusan ini-itu.
-Jemput Van-Da
-Antar Lunch Box ke sekolah VanDa
-Jemput A Pin
-Jemput A Ming
-Kerja termasuk pesbukan, twitteran, 'Ngompasiana,urusan ini-itu.
-Jemput Van-Da
-Menulis artikel,'ngerumpi via SosMed,baca buku dll
-Siapin makan malam (dan buat makan siang besok)
-Pacaran, berantem, diskusi, dengan suami
-Siapin makan malam (dan buat makan siang besok)
-Pacaran, berantem, diskusi, dengan suami
-Baca buku, tidur
...tau-tau sudah hampir subuh lagi.
...tau-tau sudah hampir subuh lagi.
Yang kutulis diatas adalah jadwal idealnya. kadang-kadang ada yg di skip . Jika sedang malas, kegiatan memasak diganti membeli makanan matang saja. Atau saat tidak sempat mengantar-jemput anak2 , aku membayar tukang ojeg langganan untuk mewakili mengerjakan tugas tersebut. .
Begitupun jika ada kegiatan lain yang membutuhkan waktu seharian, biasanya aku rundingkan dengan suami sebelumnya, sehingga sebagian tugas-tugas harianku bisa digantikan oleh suami.
![]() |
'Sparing' Partner-ku |
Lalu apa dong tugas suamiku?
Selain sebagai pencari nafkah utama, karena suami tipe senang hal-hal detail , maka tugasnya adalah memastikan rumah rapi. Jadi menyapu, mengepel dan bersih-bersih (kecuali membersihkan kamar mandi, karena aku 'doyan" sikat-sikat sambil mandi.) adalah tugasnya. Juga karena ia bisa sabar diuyeng-uyeng A Ming (terutama) dan A Pin, maka sepulang mereka sekolah, tugas suami menemani mereka main. Tidak jarang suami mengetik email dengan A Ming nangkring dipundaknya dan A Pin bergelayut dikakinya. Namun, jika saat suami harus bekerja yang memerlukan konsentrasi penuh maka ia akan 'melarikan diri' ke coffe-shop. Saat-saat itulah saya seharian 'handle' anak-anak dan tugas domestik. Pasrah.
Selain sebagai pencari nafkah utama, karena suami tipe senang hal-hal detail , maka tugasnya adalah memastikan rumah rapi. Jadi menyapu, mengepel dan bersih-bersih (kecuali membersihkan kamar mandi, karena aku 'doyan" sikat-sikat sambil mandi.) adalah tugasnya. Juga karena ia bisa sabar diuyeng-uyeng A Ming (terutama) dan A Pin, maka sepulang mereka sekolah, tugas suami menemani mereka main. Tidak jarang suami mengetik email dengan A Ming nangkring dipundaknya dan A Pin bergelayut dikakinya. Namun, jika saat suami harus bekerja yang memerlukan konsentrasi penuh maka ia akan 'melarikan diri' ke coffe-shop. Saat-saat itulah saya seharian 'handle' anak-anak dan tugas domestik. Pasrah.
Begitulah pembagian tugas diantara kami. Alhamdulillah, sekian tahun berjalan dengan lancar meskipun kadang-kadang bertengkar kecil-kecilan rebutan 'free-time' terutama jika saya dan suami sedang dikejar deadline pekerjaan pada saat bersamaan. Kalau sudah begitu, biasanya kami akan mengirimkan sigyal SOS kepada adik di Tanjung Priok (untuk jaga anak), tukang ojek (untuk antar-jemput) dan seorang Ibu tetangga kampung (untuk beberes rumah).
Saat semuanya beres, maka saya bisa tarik napas panjang dengan lega..
Hooooossss.....syaaahhhhh...
Hari Pertama di KL.
Setelah
penerbangan selama 2 jam, pesawat Malaysia Airline ,MH 710, dari Jakarta
mendarat dengan mulus di KLIA. Jam dipergelangan tanganku menunjukkan pukul
13.15. WIB. Segera kumajukan jarum jam 60 menit lebih cepat, mengikuti waktu
setempat. Aku tidak merasa perlu tergesa-gesa turun dari pesawat karena kali
ini aku terbang ke KL berdua dengan Apin yang baru berumur 6 bulan.
Saat
menapaki garbarata kunyalakan ponsel dan segera bertubi-tubi SMS masuk. 2 dari
provider celular Malaysia yang menyambut kedatanganku dengan suka cita karena mulai
saat itu hingga kembali ke tanah air pulsaku akan dialihkan ke mereka, 1 SMS dari
Ibu yang memintaku berhati-hati selama di Malaysia, dan 2 SMS dari suami. 2 SMS
terakhir membuatku terbengong-bengong selama beberapa saat.
Kebiasaan
suami adalah mengirimkan SMS pendek-pendek, malah sering kali hanya berisi 1
kata.Jadi aku bisa paham dengan isi SMS pertama ini: Ma, maaf banget ya , Papa jadi berangkat ke off-shore siang ini. Seminggu. Pemberitahuannya
mendadak. Mama nginep di hotel depan kantor saja. Papa sudah booking.
SMS
kedua berisi alamat hotel yang terletak di Jl. Sultan Ismail, sekitaran Medan
Tuanku.
Kedatanganku
di Kuala Lumpur kali ini bukan untuk pertama
kali, sudah beberapa kali kutelusuri sudut-sudut kota ini baik sendirian maupun bersama suami.
Namun ini adalah pengalaman pertama travelling
ke luar negeri hanya berdua dengan seorang bayi 6 bulan. Sempat terpikir ingin balik badan saja. Pulang lagi ke Jakarta.Tapi
saat ingat sayang uang yang sudah terlanjur dibayarkan untuk sewa hotel dan
tiket pulangpun pasti kena potongan
andai dibatalkan, akhirnya kuputuskan: Yo,wis lah. Sudah kadung sampai KL. The show must go on.
Menaiki KLIA Express aku dan Apin menuju KL Sentral , lalu dilanjut dengan naik monorel menuju Medan Tuanku lalu jalan kaki sekitar 5 menit ke hotel. Sejak awal aku tidak merencanakan adanya jadwal blusukan di KL pada hari pertama karena mempertimbangkan kondisi Apin yang tentu kelelahan setelah perjalanan cukup jauh bagi bayi 6 bulan ini.
Hari Kedua.
“Pin,hari
ini kita ke Batu Cave dan Genting yuk.” Apin yang sedang kususui hanya menatapku.
“Supaya
kamu ngga kepanasan, kita naik taksi
saja deh. Gimana?” Apin kembali menatapku sambil berkedip-kedip. Hahaha.
Kami
sengaja tidak memesan taksi dari hotel karena sudah pasti akan kena tarif taksi
yang lebih mahaldan susah buat nego harga. Kami memilih menyusuri trotoar
menjauh dari hotel lalu memberhentikan taksi di pinggir jalan.
Woooyy, ini bukan di Jakarta yang bisa
seenaknya memberhentikan taksi di sembarang tempat.
Eh, tapi ternyata sebuah taksi berwarna merah dibody
dan putih di atapnya mau juga berhenti tuh.
Supirnya keturunan India.
Setelah tawar menawar yang cukup alot maka kami diangkut dengan kesepakatan RM 90
dengan trayek KL-Batu Cave-Genting .
Aca…aca…let’s go to Batu Cave!
Taksi
baru berjalan 10 menit, supir berbelok masuk ke sebuah POM Bensin.
”Ibu, mobil isi gas dulu ya. Kita jalan jauh.” Kata si Sopir. Sebagian besar taksi disana rupanya berbahan bakar gas.
”Ibu, mobil isi gas dulu ya. Kita jalan jauh.” Kata si Sopir. Sebagian besar taksi disana rupanya berbahan bakar gas.
“Ok”
saya setuju.
Saat
antrian mendekati mesin pengisi gas, sopir kembali menoleh ke saya. “Ibu, saya
minta 50 ringgit. You’re my first
passenger this morning. Saya belum ada uang” katanya sambil membuka dompet
agar saya yakin.
Hahaha…sopirnya bokek.
Sayapun menyerahkan 50 ringgit ke tangannya yang disambut dengan senyum malu-malu.Setelah mengisi gas, taksi kembali melaju ke arah Batu Cave.
Berwisata di Batu Cave kali ini saya memutuskan tidak menaiki tangga ke dalam gua, karena pasti nafas akan lebih ngos-ngosan saat memanjat 272 tangga sambil menggendong bayi gendut. Jadi saya hanya foto-foto dipelataran dan didepan patung raksasa yang dipersembahkan bagi Dewa Murugan. Patung yang berlapis 300 liter cat emas yang khusus diimport dari Thailand ini, terlihat suaaanggat bling-bling bahkan dari kejauhan .
Hahaha…sopirnya bokek.
Sayapun menyerahkan 50 ringgit ke tangannya yang disambut dengan senyum malu-malu.Setelah mengisi gas, taksi kembali melaju ke arah Batu Cave.
Berwisata di Batu Cave kali ini saya memutuskan tidak menaiki tangga ke dalam gua, karena pasti nafas akan lebih ngos-ngosan saat memanjat 272 tangga sambil menggendong bayi gendut. Jadi saya hanya foto-foto dipelataran dan didepan patung raksasa yang dipersembahkan bagi Dewa Murugan. Patung yang berlapis 300 liter cat emas yang khusus diimport dari Thailand ini, terlihat suaaanggat bling-bling bahkan dari kejauhan .
Sekitar
setengah jam saja saya bernarsis-ria di Batu Cave. Karena kali ini juga bukan
kunjungan pertama,maka saya tidak terlalu curious
dengan isi wahana wisata ini. Kami lanjut ke Genting Highlands
Dengan alasan karena jalan-jalan sambil menggendong bayi, wahana Theme Park yang merupakan salah satu wahana utama di Genting, kali ini saya skip saja. . Tapi,saya sempat
menonton pertunjukan Cabaret di Hall (nontonnya berdiri sambil ngemil) dan masuk ke Museum Ripley’s untuk (lagi-lagi) berfoto-foto.
Tujuan besar saya ke Genting sekali ini adalah karena ingin masuk kedalam
Casino. Kunjungan sebelumnya bersama suami di warnai oleh omelannya : “Ngapain sih? Cari penyakit! Udah jelas-jelas
dilarang.” Katanya sambil menunjuk tanda perempuan berjilbab dicoret. Alias
Muslimah tidak boleh masuk. Karena tidak ada yang akan mengomeli kali ini saya
mau mencoba, sekedar memuaskan rasa ingin tahu dan penasaran saya.
Sayapun
mendekati petugas security yang
sedang berjaga,”Pak Cik, boleh tak saya masuk ke dalam?” Saya pasang tampang
sepolos wajah Apin.
“You muslimah ke? Tak boleh!” Pak Satpam
menggeleng keras.
“Saya
dari Indonesia,
jalan-jalan kesini. Sebentar saja , Pak Cik. Nak lihat-lihat” Saya coba merayu.
Biasanya rayuan saya maut.
“Saya
nak lihat passport awak. Betulkah
awak touris?” Buru-buru saya
keluarkan paspor hijau saya dan print tiket pulang.
“Saya
hanya sepekan disini, Pak Cik”
“Okelah.Awak
boleh masuk. Sekejap saje. No foto ye.”Pak Satpam menyerahkan kembali paspor
dan tiket lalu menyilahkan saya masuk.
Benarkan,
rayuan saya maut.
Menuntaskan
keingin-tahuan saya keliling dari satu meja ke meja lain. Dari satu permainan
ke permainan lain. Memperhatikan bagaimana orang-orang tua-muda (kebanyakan encim-encim dan akoh-akoh) mempertaruhkan keberuntungan mereka disitu. Sekali-kali
saya ikutan bertepuk tangan saat ada seseorang yang beruntung memenangkan
pertaruhannya.
Bosan
berkeliling, sayapun memutuskan keluar dari arena perjudian tersebut. Di pintu
keluar saya bertemu lagi dengan Pak Satpam yang mengijinkan saya masuk.
“You kate hanya sekejap.”Katanya menegur.
Saya hanya tersenyum menjawab protesnya dan melenggang santai menuju terminal Genting
Express Bus untuk naik bis menuju KL Sentral.
Saya
tiba di hotel pukul 8 malam. Bahu saya terasa pegal karena seharian penuh
menggendong Apin. Apinpun tampak kelelahan. Malam itu ia tidur lelap sekali
hingga tidak terbangun malam hari meminta ASI, seperti biasanya.
Hari Ketiga.
Hari
itu saya memutuskan jalan-jalan pada sore hari saja. Pagi hingga siang kami
istirahat didalam kamar hotel saja. Apin saya pinjat dan mandi berendam di air
hangat hingga 2x. Merasa rileks ia tidur siang cukup lama .
Saat
matahari telah condong ke barat, saya menggendong Apin keluar kamar. Tujuan
kali ini ke Twin Tower, untuk berfoto-foto tentu. Naik monorel
dari Medan Tuanku saya turun di Bukit Nanas. Hanya 1 perhentian. Jika tidak
menggendong Apin saya biasanya memutuskan berjalan kaki saja untuk jarak
sedekat ini. Toh, trotoarnya cukup lebar dan nyaman bagi pejalan kaki.
Setelah
puas berfoto-foto dipelataran Twin
Tower, sayapun masuk
kedalam Suria Mall. Keliling di tiap lantainya. Naik turun lift. Sempat mampir
sebentar kedalam salah satu toko yang menjual camera. Sekedar melihat-lihat
koleksi lensa mereka sambil berharap semoga ada sale gede-gedean. Ternyata harapanku tidak terkabul selain itu
harga lensa dan kameranya nyaris tidak berbeda dengan harga yang dibanderol
toko kamera di Jakarta.
Sayapun melangkah keluar komplek pertokoan dan perkantoran tersebut bermaksud kembali
menuju hotel. Saat menyusuri trotoar setelah perempatan jalan Ampang, Jalan P.
Ramlee dan Jalan Yap Kwan Seng, diantara bayang-bayang rimbun pepohonan ,saya
melihat ada sebuah café terbuka.
”Pin, kita mampir kesitu ,yuk. Barangkali ada makanan enak. Kamu lapar ngga?” Apin hanya balik menatap saya sambil tertawa-tawa. Merasa diajak ngobrol.
”Pin, kita mampir kesitu ,yuk. Barangkali ada makanan enak. Kamu lapar ngga?” Apin hanya balik menatap saya sambil tertawa-tawa. Merasa diajak ngobrol.
“Oke,
berarti kamu setuju,kan
Pin?” sayapun melangkah mendekati salah satu bangku besi terdekat.
Dengan
menu sepotong ayam kari dan nasi lemak serta secangkir es teh tarik saya sudah
merasa full tank. Dan chicken corn soup buat Apin. Jalan kaki
menuju hotel terasa berat disaat perut kekenyangan apalagi sambil mengendong
bayi yang montok. Maka saya melambai saat ada sebuah taksi lewat.
Alamak!
Sampai lambaian kelima tak ada satupun taksi yang bersedia berhenti. Maka saya
pasrah saja pelan-pelan berjalan ke terminal monorail Bukit Nanas. Selanjutnya
naik monorel ke Medan Tuanku dan berjalan kaki lagi ke hotel.
Tepar.
Saat
mata sudah mulai terpejam malam itu, ponselku berdering. Dari suami.
”Ma, Papa sudah turun dari off-shore tadi siang. Sekarang lagi istirahat mess. Tapi besok mau ke Miri, Cuma mau meeting dengan beberapa orang sih. Kalau mau boleh nyusul.”
”Ma, Papa sudah turun dari off-shore tadi siang. Sekarang lagi istirahat mess. Tapi besok mau ke Miri, Cuma mau meeting dengan beberapa orang sih. Kalau mau boleh nyusul.”
Wah,
tawaran yang tidak akan kulewatkan. Aku belum pernah menginjakkan kaki di Miri.
Apalagi , akan lebih mantap berjalan-jalan dengan suami. Bisa gantian
menggendong Apin.
Akupun
segera searching tiket Kuala Lumpur – Miri untuk
esok hari. Alhamdulillah, dapat.
Malam
itupun kami berkemas-kemas dan membatalkan sisa pesanan kamar yang 3 hari
Hari Keempat.
Jam
6 pagi saya dan Apin sudah duduk manis di KLIA Express. Apin saya biarkan duduk
dibangku sendiri. Karena kadang-kadang iapun capek digendong terus menerus.
Jam
10 tepat pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH 2564 sudah mulai
bergerak perlahan-lahan siap mengangkasa meninggalkan Kuala Lumpur.
Goodbye
KL, Hello Miri…
Faktor ini sangat penting. Jika anda tidak
memiliki relasi dalam bisnis online Anda, Anda tentu tidak akan memiliki target
efektif yang bisa dijadikan calon konsumen. Bahkan jika anda hendak berjualan
di jejaring sosial, tanpa adanya relasi, bisa dipastikan tidak ada yang akan
mengunjungi laman anda.
Untuk itu relasi adalah salah satu syarat mutlak dalam bisnis online. Manfaatkanlah jejaring sosial seperti twitter dan facebook dalam menjalin relasi dengan calon pelanggan anda. DI Twitter dan Facebook terdapat ribuan akun grup yang bisa anda ikuti berdasarkan minat dan bidang usaha anada. Agar anda dikenal,aktiflah dalam grup tersebut dengan mempostingkan tulisan-tulisan yang dapat memberikan manfaat bagi para anggota grup. Jangan hanya memposting iklan melulu. Karena hal tersebut akan cepat membosankan anggota lainnya. Kecuali jika grup tersebut memang grup khusus iklan.
Monday, August 19, 2013
Entrepreneurship,
Sales and Marketing Strategy
0
komentar
Nastar Safira : Sebuah Bisnis Dari "Rasan-rasan"
Kali ini saya mau berbagi kisah bisnis baru saya yang saya mulai saat Ramadhan kemarin.
Bermula dari "rasan-rasan"
saya dengan kakak yang berteman dengan bagian pembelian di sebuah BUMN . Kakak
saya bercerita bahwa teman itu setiap menjelang lebaran selalu membeli ratusan
stoples kue kering untuk hadiah lebaran bagi dhuafa sebagai bagian CSR mereka.
Saya bilang ke Kakak : "Saya juga bisa bikin kue kering. Beli ke saya aja
deh". Kakak langsung menelpon temannya dan sang teman meminta besok saya
membawa sample ke kantornya.
Waduh. Jelas saya tidak siap. Saat itu'kan saya asbun saja.
Tapi tidak kehilangan akal saya dan adik segera ke pasar Mayestik untuk membeli
beberapa stoples kue kering sebagai sample
dan menyerahkan ke teman Kakak. Untuk meyakinkan beliau bahwa bisnis saya
serius,saya segera membuat Fanspage di FB, Twitter dan website dan memberi merk
Nastar
Safira untuk dagangan saya ini.
Sayangnya sample yang saya kasih "over of spec" buat mereka. Saya
kasih kue yang harga diatas 50.000 sedangkan budget mereka separuhnya. Saya
tersingkir.
Namun, karena sudah kadung maka saya jalan terus. Alhamdulillah berkat
rekomendasi teman-teman dan promosi yang gencar orderan masuk terus dan saya
harus merekrut hingga 10 tenaga bala-bantuan.
Masalah lain muncul yaitu permodalan. Karena biarpun saya memakai sistem
pre-order, tapi kan agar harga jual lebih
ekonomis saya harus membeli bahan baku
grosiran. Gak mungkin ada yang pesan nastar stoples, saya baru beli telur
sekilo, mentega setengah kilo dlll secara "ketengan". Alhamdulillah,
setelah pasang status di FB,ada teman yg kebetulan punya dana nganggur
menawarkan untuk profit sharing.
Alhamdulillah (lagi), bisnis dadakan ini dalam 1 bulan beromset tidak kurang
dari 25 juta.Dan produk kami juga sudah pernah di liput oleh televisi loh .
Lalu setelah lebaran apakah bisnis ini akan berhenti? Insya Allah tidak. Kami
hanya perlu merumuskan pola pemasaran baru yang berbeda tentu dari pola saat
menjelang lebaran kemarin.
Waduh. Jelas saya tidak siap. Saat itu'kan saya asbun saja.
Tapi tidak kehilangan akal saya dan adik segera ke pasar Mayestik untuk membeli beberapa stoples kue kering sebagai sample dan menyerahkan ke teman Kakak. Untuk meyakinkan beliau bahwa bisnis saya serius,saya segera membuat Fanspage di FB, Twitter dan website dan memberi merk Nastar Safira untuk dagangan saya ini.
Sayangnya sample yang saya kasih "over of spec" buat mereka. Saya kasih kue yang harga diatas 50.000 sedangkan budget mereka separuhnya. Saya tersingkir.
Namun, karena sudah kadung maka saya jalan terus. Alhamdulillah berkat rekomendasi teman-teman dan promosi yang gencar orderan masuk terus dan saya harus merekrut hingga 10 tenaga bala-bantuan.
Masalah lain muncul yaitu permodalan. Karena biarpun saya memakai sistem pre-order, tapi kan agar harga jual lebih ekonomis saya harus membeli bahan baku grosiran. Gak mungkin ada yang pesan nastar stoples, saya baru beli telur sekilo, mentega setengah kilo dlll secara "ketengan". Alhamdulillah, setelah pasang status di FB,ada teman yg kebetulan punya dana nganggur menawarkan untuk profit sharing.
Alhamdulillah (lagi), bisnis dadakan ini dalam 1 bulan beromset tidak kurang dari 25 juta.Dan produk kami juga sudah pernah di liput oleh televisi loh .
Lalu setelah lebaran apakah bisnis ini akan berhenti? Insya Allah tidak. Kami hanya perlu merumuskan pola pemasaran baru yang berbeda tentu dari pola saat menjelang lebaran kemarin.
Tahu sate padang’kan? Itu loh irisan daging , lidah dan jeroan sapi yang direbus dengan bumbu, setelah masak di potong-potong dan ditusuk dengan batangan lidi, kemudian dibakar lagi. Sekedar untuk menghangatkan . Lalu sate tersebut dihidangkan dengan lumuran saus kacang, taburan bawang goreng dan di temani sebungkus kerupuk kulit. Biar makin jelas nih saya kasih gambarnya.
Melihat
penampilan sate padang
seperti itu, saya tidak memasukkannya ke dalam daftar makanan favorit saya.
Malah bisa dikatakan saya anti sate padang. Dalam pandangan mata saya bumbu sate padang itu terlihat aneh.
Kenthel, kuning, lengket. Seperti pup bayi.
Yeakh.!
Saya
langsung bergidik.
Saya
memilih menahan lapar jika satu-satunya menu yang tersedia adalah sate padang. Dibanding harus
menyuapkan sesendok demi sesendok “pup
bayi” itu ke dalam perut saya.
Yeakh!
Tapi,
itu pendapat lama saya, sebelum saya
mengenal sate Mak Syukur . (Uppss, menyebutkan
merk. Tapi gak apa-apa deh, Toh, Sate Mak Syukur sudah melegenda)
Kegandrungan pada sate padang dimulai saat saya baru saja melewati fase morning
sickness pada kehamilan kedua. Setelah lepas dari “bulan-bulan mual-muntah”,
nafsu makan saya jadi gila-gilaan. Sehari
saya bisa makan 6 kali makanan berat ditambah beberapa kali ‘ngemil. Saat-saat itu sepertinya saya tidak berhenti
mengunyah. Gembul sekali.
Suatu
hari, saya kembali mengunjungi mall dekat
rumah (kunjungan yang kedua-juta sekian, saking seringnya kami kesana) dan kebetulan
sedang ada pembukaan cabang Sate Mak Syukur.
Pertama yang menggoda saya adalah diskon Grand Launching-nya yang 50
%.
“Pa,
tuh, Mak Syukur diskon 50%” Saya menjawil
suami. “Kesana yuk.”
“Yakin?”
Suami paham betul kalau saya anti sate padang.
Sebelumnya ia telah beberapa kali gagal memprovokatori saya mencicipi sate padang.
“Papa
aja yang makan. Saya temani saja”
Wah,
suami menyambut tawaran saya dengan suka cita. Karena ia termasuk penikmat
makanan satu ini. Hanya karena istrinya tidak suka, maka dengan berbesar hati
ia mengesampingkan menu tersebut saat makan bersama saya .
Melihat
suami menyantap potongan-potongan daging sate dengan lahap, saya jadi tergoda
juga. Lalu saya mencicipi sepotong kerupuk kulit yang berbumbu.
Wah, enak ya ternyata.
Wah, enak ya ternyata.
Kemudian
sekerat daging.
Tidak
terasa saya menghabiskan satu porsi sate. Sendirian.
Dan
sejak saat itu, yang tadinya antipati menjadi cinta.
Kebelakangan,
saya sering ngangeni sate padang. Akibatnya saya tidak
segan-segan menyediakan waktu khusus untuk berburu kuliner yang satu ini.
Namun, setelah mencoba sate padang
ke beberapa tempat. Sate padang
Mak Syukur masih yang paling terenak buat saya
Namun, sejak dua hari lalu saya mesti menggeser status sate padang dari yang “Disukai” menjadi “Diwaspadai”. Ceritanya, hari itu seharian saya berkutat dengan kesibukan urusan rumah tangga dan
pekerjaan, tidak terasa jam menunjukkan pukul 3 sore. Saya merasa lapar
karena belum sarapan sejak pagi dan makan siang. Kebetulan sore itu saya
berjanji mengajak anak-anak menonton film Smurf
3 di bioskop. “Makan sate padang
di mal aja sekalian deh sebelum nonton. “ Begitu pikir saya.
Kamipun
berangkat ke mal (lagi-lagi-dan lagi. hehe), setelah memesan tiket bioskop kami
segera ke gerai sate Mak Syukur. 1 porsi sate plus 2 gelas es teh manispun lenyap
ke dalam perut saya. Dengan perasaan puas karena telah kenyang sayapun menemani
anak-anak menonton.Tetapi,
ditengah film ditayangkan, perut saya bergejolak. Sayapun segera terbang ke toilet. Astaga.
“Mama’kan
dari dulu sudah tahu. Kalau sudah telat makan begitu jangan makan bersantan,
berbumbu kacang dan pedas. Akibatnya sekarang diare.” Tegur suami melihat saya sepulang dari bioskop hingga pukul 3 dini hari
bolak-balik ke kamar mandi.
“Mulai
sekarang, kalau sudah telat makan jangan makan sate padang. Diingat-ingat,Ma”
“Oke
deh, Kakak” Saya manggut-manggut. Geli dengan gaya galaknya suami
“Jangan
meledek. Saya serius nih. Atau mau di blacklist
aja tuh sate padang?
Dulu juga ngga suka’kan?”
Noooo
!!!!
Baiklah. Baiklah.
Daripada sate padang di blacklist saya akan mengikuti komando Bos Gede aja deh.
Toh, buat kebaikan saya juga.
Baiklah. Baiklah.
Daripada sate padang di blacklist saya akan mengikuti komando Bos Gede aja deh.
Toh, buat kebaikan saya juga.
Gambar dari 1.bp.blogspot
Prang!
Botol
pelembabku jatuh dan pecah berkeping-keping. Aku tertegun segenak. Bodohnya
aku. Padahal dua detik sebelumnya alam bawah sadarku sudah memberi isyarat
Kemarin sore aku membeli beberapa plastic container untuk merapikan barang-barang printilan kami yang rasanya semakin lama semakin banyak. Aku bermaksud menggunakan salah satu kotak tersebut sebagai tempat ‘parkir’ botol-botol kosmetikku. Parfum, pelembab, alas bedak, susu pembersih, penyegar dan teman-temannya selama ini bertumpang tindih dalam laci lemari pakaian. Berantakan.
Semalam
kulaksanakan niat itu. Pertama tentu mencari lokasi yang cocok untuk meletakkan
kotak kosmetik tersebut (sekarang container
merah yang terpilih kusebut begitu). Karena mempertimbangkan tinggiku yang
“ secukupnya saja”, maka rak kedua adalah posisi yang paling cocok. Aku
mengosongkan rak dan memindahkan barang-barang diatasnya ke lemari lain.
Kemudian meletak kotak kosmetik disitu
dan menata segala macam botol berisi cairan atau krim untuk wajah dan
tubuh ke dalamnya. Saat mengambil botol pelembab di tangan kiri dan botol susu
pembersih di tangan kanan, tiba-tiba otakku melepaskan sinyal : botol di tangan kiri akan terpeleset ,
jatuh dan pecah.
Sejenak
aku mempertimbangkan untuk menaruh kembali botol tersebut, tapi karena merasa
‘tanggung’ sudah memegang maka kulanjutkan gerakanku memindahkannya. Dan benar
saja, botol itu terasa licin ,dan meluncur bebas dari genggamanku lalu
menghantam lantai. Pecah berderai. Duh!
Selintas
prediksi yang kemudian menjadi
kenyataan seperti ini sebetulnya sering kualami. Kupikir inilah yang
disebut firasat . Sebuah alarm yang akan berbunyi jika akan ada kejadian yang tidak mengenakkan (aku tidak ingin menyebut sebagai kejadian buruk) akan terjadi.
Alarm ini pernah berbunyi saat aku akan jatuh dari motor, atau ketika anak ketigaku , Jasmine, akan tertimpa etalase yang jatuh .
Dan yang firasat terburuk yang pernah terjadi padaku adalah saat akan terjadi sebuah tragedi yang hingga kini meninggalkan luka tak terobati di hatiku. Detail peristiwa kejadian itu begitu melekat, bahkan setelah 2 dasa warsa terlewati. Pagi itu aku memutuskan ikut dengan salah seorang paman yang ingin menjenguk Bapak di RSPP. Padahal sehari sebelumnya aku baru pulang dari RS saat hampir tengah malam. Aku merasa hari itu aku harus datang karena akan menjadi pertemuan terakhir dengan Bapak. Dan benar saja. Pukul 10, di suatu hari Jum’at 24 tahun lalu, Bapak terbangun setelah semalaman koma pasca operasi. Ia menitipkan pesan-pesan kepada Ibu dan kami anak-anaknya, sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Alarm ini pernah berbunyi saat aku akan jatuh dari motor, atau ketika anak ketigaku , Jasmine, akan tertimpa etalase yang jatuh .
Dan yang firasat terburuk yang pernah terjadi padaku adalah saat akan terjadi sebuah tragedi yang hingga kini meninggalkan luka tak terobati di hatiku. Detail peristiwa kejadian itu begitu melekat, bahkan setelah 2 dasa warsa terlewati. Pagi itu aku memutuskan ikut dengan salah seorang paman yang ingin menjenguk Bapak di RSPP. Padahal sehari sebelumnya aku baru pulang dari RS saat hampir tengah malam. Aku merasa hari itu aku harus datang karena akan menjadi pertemuan terakhir dengan Bapak. Dan benar saja. Pukul 10, di suatu hari Jum’at 24 tahun lalu, Bapak terbangun setelah semalaman koma pasca operasi. Ia menitipkan pesan-pesan kepada Ibu dan kami anak-anaknya, sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Minggu lalu, salah satu karyawati saya izin tidak
masuk kerja selama beberapa hari karena ibu mertuanya meninggal dunia. Saat ia masuk kerja kembali terlihat raut
wajahnya sangat keruh.
“Rohimah, turut berduka cita ya . Kamu kayaknya
sedih banget mertuamu meninggal. “ Saya menyalaminya.
“Iya, Bu . Mertua saya orang baik “
Lalu mengalirlah cerita kenangannya mengenai hubungan mertua-menantu. Namun, cerita berikutnya
membuat saya heran karena baru kali ini saya mengetahuinya.
“Dirumah masih ramai terus sampai hari ketujuh,
Bu. Jadi pulang kerja nanti saya harus memasak
untuk bikin ta’jil dan makan malam
yang pada ‘ngaji”
“Oh, bukannya dapat
sumbangan makanan dari tetangga , Mah?” begitu kebiasaan di komplek perumahan kami. Jika ada tetangga terkena musibah
kematian anggota keluarganya, ibu-ibu akan berkumpul di salah satu rumah warga
lain untuk memasak bagi keluarga tersebut dan para penta’jiah.
“Cuma hari pertama doang. Selanjutnya ,yah, memasak sendiri. Paling dibantuin tenaga tukang memasaknya."
“Makanya, Bu. Suami saya keluar uang banyak nih. Belum lagi bayar Tukang ‘Ngajinya. 5 Juta.” Lanjutnya.
“Makanya, Bu. Suami saya keluar uang banyak nih. Belum lagi bayar Tukang ‘Ngajinya. 5 Juta.” Lanjutnya.
“Loh, koq
bayar sih?” Saya terheran-heran.
Rupanya kebiasaan di kampung tersebut saat
tertimpa musibah kematian adalah anggota keluarga akan mengadakan pengajian di
rumah duka selama 3, 7 atau 40 hari. Tergantung kemampuan ekonomi dan tingkat
sosial mereka. Mereka akan mengundang tetangga untuk bersama-sama
membaca Al Qur’an (terutama surah Yasiin). Pengajian tersebut berlangsung ba’da
Maghrib hingga menjelang Isha. Selesai
pengajian , saat akan pulang para penta’jiah akan dibekali “nasi berkat” yang berisi nasi dan lauknya.
Bahkan sering ditambah kue-kue kecil.
Pengajian yang berlangsung selama kurang lebih
satu setengah jam tersebut rupanya kurang memuaskan bagi sebagian orang. Mereka
ingin diadakan pengajian lanjutan.. Disinilah para “Tukang Ngaji” (begitu
sebutan mereka) bertugas. Mereka akan melanjutkan pengajian tersebut sejak ba’da
Isha hingga pukul 10 atau hingga pukul
12 malam. Tergantung keinginan tuan rumah.
Tidak heran mereka disebut “Tukang ‘Ngaji”
karena mereka mendapat bayaran uang dalam melakukan tugas tersebut. Menurut Rohimah,
keluarga membayar 5 juta rupiah untuk 5 orang Tukang ‘Ngaji dengan “jam kerja”
sejak ba’da Isha hingga pukul 10 malam. Tentu saja makin banyak anggota tim
pengajian tersebut dan makin lama waktu mereka mengaji maka tarif nya makin mahal.
“Bisa 10 juta, Bu” Kata Rohimah.
“Lah, anak mertuamu berapa orang ,Mah?” Tanya
saya
“8 orang, Bu. Perempuan 5 , Lelaki 3”
“Kenapa ‘gak
anak-anaknya aja yang ‘ngaji.? Pahalanya
Insyaa Allah sampai ke mertuamu. Lagian, kan lumayan uang 5 juta. Bisa dipakai buat bayarin
hutang-hutang, kalau ada. Mungkin ada hutang kredit sandal yang belum dibayar. “
“Iya yah,
Bu. Tapi, bagaimana lagi, anak-anaknya
gak lancar ‘ngajinya.” Tukasnya.
Saya jadi termanggu.
Oh, itu alasan sebenarnya.
Saat ada anggota keluarga meninggal , terutama
orang tua, keluarga tersebut tentu ingin mendo’akan dan mengirim pahala kepada
yang meninggal. Namun, jika pengetahuan agama keluarga yang ditinggalkan minim,
termasuk tidak bisa mengaji, mereka berpikir praktisnya saja. Membayar orang
untuk melakukan hal tersebut bagi mereka.
Apakah sampai atau tidak pahala perbuatan
mereka, wallahu’alam.
Yang jelas, semakin membaja tekad saya untuk
mengajari anak-anak saya tentang pengetahuan agama termasuk mempelajari
ayat-ayat yang diturunkan Allah Subhana wata’ala. Harapan
saya mereka menjadi anak-anak shalihah (4 anak saya semua perempuan) yang bisa
mengirimkan do’a-do’a saat kami orang tuanya meninggal kelak.
Aamiinn...
Aamiinn...
Saturday, June 29, 2013
Entrepreneurship,
Sales and Marketing Strategy
2
komentar
Sekarang, Pembeli Lebih Pemalas
Coba
kita perhatikan toko- toko diberbagai mall, betapa sering kita lihat toko-toko
tersebut hanya berisi SPG/SPB, nyaris tanpa pembeli. Keramaian di mall biasanya
berpusat di foodcourt,
bioskop atau tempat hiburan lainnya. Kini, mall sudah mulai bergeser fungsi
dominannya, yaitu sebagai sarana rekreasi keluarga.
Dengan
alasan kepraktisan dan waktu yang dihabiskan dijalan bisa berjam-jam saat
ingin mencapai pusat pertokoan, maka pembeli mulai melirik ke toko online
. Pembeli dapat mencari barang yang dibutuhkan dari ponsel, tablet atau
komputer mereka. Lalu, dengan beberapa kali “klik” barang yang diinginkan akan
diantar ke rumah. Dimana saja-kapan saja.
Kecenderungan
ini disambut baik oleh pebisnis dengan bermunculan usaha yang dipasarkan secara
online. Baik dalam bentuk iklan baris online, katalog online maupun toko
online.
Cara penjual online melayani calon pembeli tentu berbeda dengan penjual “offline”. Ditoko, calon pembeli bisa menyentuh, merasakan dan bahkan mencoba produk yang diinginkan. Sedangkan di toko online pembeli mengetahui ciri-ciri produk hanya berdasarkan foto dan detail yang diberikan (jika ada). Padahal, saat mereka tertarik terhadap suatu produk, mereka ingin mendapatkan informasi sedetail-detailnya. Maka pembeli akan merasa senang jika mereka berkesempatan bertanya sebanyak-banyaknya kepada penjual agar kian yakin produk yang akan dibeli sesuai harapan.
Berikut
ini contoh percakapan via Whatsapp antara calon pembeli dan penjual toko
online:
C
(Customer): "Hallo Sis, aku tertarik ama dres model A1234, itu bahannya
apa ya?
S (Seller): "Itu semi sutra, sis"
S (Seller): "Itu semi sutra, sis"
C
: Warnanya apa aja sis yang ready stock?
S
: Ada
merah, ungu, biru.
C
: Ukuran L ada ngga? Ukuran L tuh panjang bajunya berapa?
S
: L ada, panjang bajunya 130 cm.
C
: Oh. Ok. Kalau model B5678, itu bahannya apa sis?
S
: (mulai kesal) Sis, detailnya lihat aja di website..
C
: oh, web nya apa ya? Soalnya Aku
ngeliat fotonya t di Wall
FB temenku.
S
: webnya www..jualbajumacem_macem.com lihat aja detailnya disitu.
C
: Oh Ok.
Lalu, percakapan berhenti disitu. Dan penjualan pun tidak closing order. 'C" malas me-klik alamat website yg diberikan, karena saat itu ia online dengan ponsel sehingga merasa kurang nyaman membuka tampilan sebuah website.
Sedangkan
"S" juga keberatan meladeni pertanyaan bertubi-tubi dari
"C" dengan alasan: “Ah, nanya panjang-panjang, iya kalau jadi ‘ngorder. padahal
sudah chatting setengah jam. Semua data lengkap mengenai produk sudah
ada di website,koq.”
“Lagian,
kerjaanku banyak, belum foto produk, upload fotonya
ke website, optimasi. Ditambah lagi kerjaan mengurus rumah dan anak” sambung
Penjual.
Apakah
Pembeli mau tahu alasan keengganan Penjual menjawab pertanyaan-pertanyaanya?
Tentu tidak. Mereka hanya mau pertanyaannya harus dijawab segera. Apalagi
jika 'diminta' mengeluarkan energi tambahan untuk browsing ke website
kita, jawabannya pasti : ih, males banget. Udah deh cari penjual lain yang mau
aku 'cerewetin' Lalu, apakah jika pertanyaannya sudah terjawab tuntas juga ia
pasti closing
order? Yah, belum tentu juga. Tapi setidaknya ia sudah punya image baik
tentang penjual ini.
Bagaimana
jika ia sebenarnya kompetitor yang hanya ingin ‘cek harga’? Biar saja. Yang
jelas kewajiban anda adalah menjawab dan membuat penanya puas dengan
jawaban anda. Kalau ia benar kompetitor anda, setidaknya ia merasa punya
saingan yang bagus. Dan kompetitor tersebut akan memperhitungkan kehadiran toko
anda dalam strategi bisnisnya.
Sediakanlah
saluran komunikasi sebanyak-banyaknya bagi (Calon)Pembeli anda. Terutama
saluran komunikasi yang gratisan : YM, BBM, FB Messanger, Twitter, Whatsapp,
Line, CacaoTalk. Dsb..dll. Dengan demikian anda bisa menjaring sebanyak mungkin
“buying signal” yang dilepas mereka.
====
Sudah pernah mencoba NASTAR Unik dengan karakter animasi? Dijamin rasanya enak, renyah dan halal
Yuk, beli di NastarSafira
YM :
Whatsapp : 08170044530
Yuk, beli di NastarSafira
YM :

Whatsapp : 08170044530
=========
*Sumber gambar :customerconnect
Monday, June 17, 2013
Catatan Harian
2
komentar
Di Tangerang, Dilarang Menolak Pemberian Permen Tetangga
11
tahun lalu suami memboyong kami bermigrasi ke Tangerang dari Rawamangun.
Sebenarnya saat itu, ingin rasanya menolak ajakan pindah dan tetap
bertahan di rumah orang tua. Saya memilih tinggal di rumah orang tua
karena banyak gratisan dan tersedia bala bantuan terutama setelah saya
melahirkan ( :D) .Keengganan pindah ke Tangerang
karena dalam bayangan saya : hadeuh, Tangerang ‘kan banyak pabrik, polusi, jalanan sempit
dengan truk-truk kontainer? Apa nyaman tinggal dengan suasana seperti itu?
Bayangan tersebut didapat dari hasil pengamatan selama saya beberapa kali
(puluhan atau ratusan kali deh) mengantar atau menjemput Suami dari dan ke
kantornya di Curug -Tangerang
Namun Suami menyanggah,” Enggak koq, perumahannya enak (enak? Rasa
stroberi atau duren?).
Deket pinggir tol.”
Hah,
pinggir tol? Polusi dong. Tapi,sudahlah. Namanya
istri, dibawa suami kemana saja yah harus mengikuti.
Alhamdulillah, ternyata janji Suami tidak meleset. Meskipun berada
di pinggir tol Jakarta- Merak suasana perumahan kami cukup nyaman. Karena
banyak pohon udara terasa bersih. Suasananya pada pagi hari sering membuat saya
mengira sedang berlibur di Puncak. Hanya bedanya, kalau di Puncak kami tidak
akan sering kaget -hingga rasanya terpelanting- saat mendengar dentuman ban meletus
dari sebuah truk besar yang sedang nahas. Hal lain yang “asik” dari komplek
perumahan ini adalah kami masih bisa berinteraksi dengan tukang sayur, tukang
bakso dan penduduk kampung sebelah komplek.
Akrabnya
interaksi kami dengan beberapa orang kampung (itu sebutan mereka sendiri loh
untuk membedakan dengan “orang komplek”) menyebabkan saya mudah
memperoleh personel jika butuh tenaga bantuan. Membersihkan rumput
halaman, cuci-setrika ,antar jemput ke pasar bahkan tenaga kerja musiman saat
produksi usaha kami meningkat . Kamipun sering mendapat undangan acara
pernikahan atau sunatan dari mereka.
Suatu hari saya di tegur salah seorang dari mereka ” Bu Agus, koq
kemarin ‘gak kondangan? Mila’kan nikah, Bu”
“Mila
mana?” tanya saya sambil berpikir keras. Karena nama Mila ada beberapa orang.
Karmila, Sarmila, Milana.
“Mila,
anaknya Abah Atep”
“Oh.
Gak ‘ngundang sih.” Alasan saya ” Kalau gitu saya “titip” angpau
aja deh. Bilangin ke Abah, saya minta maaf gitu yah. Gak tau kalo beliau
‘ngundang”. Lalu saya buru-buru mengambil amplop merah dan mengisinya
dengan selembar uang. Selama tinggal di Tangerang
kami selalu punya persediaan amplop yang disebuta angpau ini karena
saking sering kondangan, terutama di bulan-bulan tertentu.
“Masa’
dari sini gak kedengeran suara petasannya? Ya udah nanti saya sampein
deh amplopnya.”
Saya
cerita obrolan tadi ke khadimat yang sedang mencuci, dia menjelaskan,
“Iya,
Bu. Petasan Cabe rawit dipasang kalau ada nikahan. Siapa aja yang ‘ngedenger
suaranya artinya diundang datang. “
Weleh!
Cerita
undangan unik lain terjadi pada Jum’at kemarin. Saat menuju pangkalan ojeg,
saya dicegat oleh seorang Ibu.
“Bu
Agus, saya mau ‘ngundang. Sabtu besok anak saya -si Malik- mau sunatan.
Datang yah.” Kata Mamak si Malik sambil mengulurkan bungkusan plastik berisi 5
buah permen. Karena sudah beberapa hari saya batuk lumayan parah bahkan hingga
suara sempat menghilang, uluran permen tersebut saya tolak.
“Insyaa
Allah, saya datang Bu. Terima kasih permennya tapi saya sedang batuk.” Kata
saya sambil memegang leher (agar mendramatisir..hehehe)
“Kalo
begitu, Ibu Agus mau blao aja?” Mamak si Malik mengulurkan sebungkus
pewarna biru untuk pakaian.
Hah!
Barang antik nih, pikir saya. Tapi buat apa, saya tidak pernah lagi memakai
benda seperti itu. Sayapun kembali menggeleng. Mamak si Malik-pun berlalu dari
hadapan saya dengan muka bertekuk. Tidak seramah saat baru bertemu tadi.
Karena bingung mengapa Mamak Malik tiba-tiba menjadi
"jutek’ , sayapun menceritakan pertemuan dan percakapan kami tadi
dengan khadimat yang penduduk kampung secara turun temurun.
“Yaiyalah
Bu. Pantesan aja Mamak Malik marah. Itu artinya Ibu menolak undangan
dia.”
Loh koq? Kan
tadi saya bilang InsyaAllah datang ke acaranya.
“Iya,Bu.
Kebiasaan disini kalau dikasih permen atau blao ama orang yang mau pesta
sunatan, artinya kita diundang dan kudu dateng”
Oalah!!!
Meneketehe.Hehehe….
Kesimpulan, diberi apapun oleh tetangga tidak boleh nolak.
Meskipun jika tidak akan kita makan atau pakai pemberiannya tersebut,
agar tidak mengecewakan si pemberi yang sudah berniat baik.
Sumber gambar: kurakuraninja
Subscribe to:
Posts (Atom)