Coba
kita perhatikan toko- toko diberbagai mall, betapa sering kita lihat toko-toko
tersebut hanya berisi SPG/SPB, nyaris tanpa pembeli. Keramaian di mall biasanya
berpusat di foodcourt,
bioskop atau tempat hiburan lainnya. Kini, mall sudah mulai bergeser fungsi
dominannya, yaitu sebagai sarana rekreasi keluarga.
Dengan
alasan kepraktisan dan waktu yang dihabiskan dijalan bisa berjam-jam saat
ingin mencapai pusat pertokoan, maka pembeli mulai melirik ke toko online
. Pembeli dapat mencari barang yang dibutuhkan dari ponsel, tablet atau
komputer mereka. Lalu, dengan beberapa kali “klik” barang yang diinginkan akan
diantar ke rumah. Dimana saja-kapan saja.
Kecenderungan
ini disambut baik oleh pebisnis dengan bermunculan usaha yang dipasarkan secara
online. Baik dalam bentuk iklan baris online, katalog online maupun toko
online.
Cara penjual online melayani calon pembeli tentu berbeda dengan penjual “offline”. Ditoko, calon pembeli bisa menyentuh, merasakan dan bahkan mencoba produk yang diinginkan. Sedangkan di toko online pembeli mengetahui ciri-ciri produk hanya berdasarkan foto dan detail yang diberikan (jika ada). Padahal, saat mereka tertarik terhadap suatu produk, mereka ingin mendapatkan informasi sedetail-detailnya. Maka pembeli akan merasa senang jika mereka berkesempatan bertanya sebanyak-banyaknya kepada penjual agar kian yakin produk yang akan dibeli sesuai harapan.
Berikut
ini contoh percakapan via Whatsapp antara calon pembeli dan penjual toko
online:
C
(Customer): "Hallo Sis, aku tertarik ama dres model A1234, itu bahannya
apa ya?
S (Seller): "Itu semi sutra, sis"
S (Seller): "Itu semi sutra, sis"
C
: Warnanya apa aja sis yang ready stock?
S
: Ada
merah, ungu, biru.
C
: Ukuran L ada ngga? Ukuran L tuh panjang bajunya berapa?
S
: L ada, panjang bajunya 130 cm.
C
: Oh. Ok. Kalau model B5678, itu bahannya apa sis?
S
: (mulai kesal) Sis, detailnya lihat aja di website..
C
: oh, web nya apa ya? Soalnya Aku
ngeliat fotonya t di Wall
FB temenku.
S
: webnya www..jualbajumacem_macem.com lihat aja detailnya disitu.
C
: Oh Ok.
Lalu, percakapan berhenti disitu. Dan penjualan pun tidak closing order. 'C" malas me-klik alamat website yg diberikan, karena saat itu ia online dengan ponsel sehingga merasa kurang nyaman membuka tampilan sebuah website.
Sedangkan
"S" juga keberatan meladeni pertanyaan bertubi-tubi dari
"C" dengan alasan: “Ah, nanya panjang-panjang, iya kalau jadi ‘ngorder. padahal
sudah chatting setengah jam. Semua data lengkap mengenai produk sudah
ada di website,koq.”
“Lagian,
kerjaanku banyak, belum foto produk, upload fotonya
ke website, optimasi. Ditambah lagi kerjaan mengurus rumah dan anak” sambung
Penjual.
Apakah
Pembeli mau tahu alasan keengganan Penjual menjawab pertanyaan-pertanyaanya?
Tentu tidak. Mereka hanya mau pertanyaannya harus dijawab segera. Apalagi
jika 'diminta' mengeluarkan energi tambahan untuk browsing ke website
kita, jawabannya pasti : ih, males banget. Udah deh cari penjual lain yang mau
aku 'cerewetin' Lalu, apakah jika pertanyaannya sudah terjawab tuntas juga ia
pasti closing
order? Yah, belum tentu juga. Tapi setidaknya ia sudah punya image baik
tentang penjual ini.
Bagaimana
jika ia sebenarnya kompetitor yang hanya ingin ‘cek harga’? Biar saja. Yang
jelas kewajiban anda adalah menjawab dan membuat penanya puas dengan
jawaban anda. Kalau ia benar kompetitor anda, setidaknya ia merasa punya
saingan yang bagus. Dan kompetitor tersebut akan memperhitungkan kehadiran toko
anda dalam strategi bisnisnya.
Sediakanlah
saluran komunikasi sebanyak-banyaknya bagi (Calon)Pembeli anda. Terutama
saluran komunikasi yang gratisan : YM, BBM, FB Messanger, Twitter, Whatsapp,
Line, CacaoTalk. Dsb..dll. Dengan demikian anda bisa menjaring sebanyak mungkin
“buying signal” yang dilepas mereka.
====
Sudah pernah mencoba NASTAR Unik dengan karakter animasi? Dijamin rasanya enak, renyah dan halal
Yuk, beli di NastarSafira
YM :
Whatsapp : 08170044530
Yuk, beli di NastarSafira
YM :

Whatsapp : 08170044530
=========
*Sumber gambar :customerconnect