Setiap Hari Sabtu dan Ahad, ada beberapa
sepeda motor, dengan 2 orang penumpang’ yang berkeliling komplek menyebarkan
brosur. Cara mereka membagikan brosur bukan dengan memberikan dari tangan ke tangan kepada penghuni rumah, melainkan melemparkannya ke halaman. Bahkan jika
penghuni rumah sedang berada di halaman.
Suatu kali, Saya yang sedang menyiram tanaman, tiba-tiba pipi Saya ‘tertampar 2 lembar brosur’ servis AC. Brosur tersebut terbuat dari kertas karton. Jadi ya, lumayan bikin kaget juga.
Kena ‘timpuk’
begitu tentu membuat Saya ngomel-ngomel. Tanpa memandang satu huruf pun yang
tertulis di brosur, benda itu langsung Saya daratkan ke tong sampah.
'Kelakuan pemilik jasa servis AC tersebut, yang memilih cara menyebar brosur dengan tidak elegan, membuat Saya harus membandingkan dengan perusahaan saat masih bekerja sebagai Sales person dulu.
Sebagai ujung tombak penyebaran informasi produk kepada konsumen, kami diberikan pelatihan bagaimana bersikap yang pantas dan cara yang baik dalam membagikan brosur, sehingga penerima merasa nyaman dan merasa menjadi konsumen yang penting. Dan tentunya dengan melempar -bahkan menimpuk- tidak bisa dikategorikan menyampaikan brosur dengan sopan.
Dan kemudian Bos Saya selalu
menanyakan follow-up dari brosur yang
Saya bawa. Karena brosur kami bukan berbentuk flyer, melainkan beberapa halaman
yang bisa jadi cerita tentang mekanisme kerja produk dengan
gambar-gambar yang indah sehingga eye
catchy. Jika Saya bawa 10 brosur, maka Saya harus lapor kemana saja brosur
tersebut mendarat dan apa tanggapan (calon) konsumen, lalu dia akan terus
menagih follow-up dari Saya.
"Lu
kata, bikin brosur gratis?!" Begitu omelnya tiap kali Saya cuek dengan
'tagihan' follow-up nya. Bandingkan dengan usaha servis AC itu, apa yang bisa difollow-up dari brosur yang sudah langsung masuk tong sampah pada detik pertama setelah dibagikan?
Nah, sebuah perusahaan multinasional saja
berhitung banget dengan budget promosinya, dalam hal ini budget brosur, masa perusahaan ecek-ecek mau sok foya-foya dengan mengeluarkan uang tanpa
tahu apakah hasilnya membagi brosur bisa menjadi penjualan, ‘brand image atau corporate
image?
0 komentar:
Post a Comment