Tanggal 13 Desember 2014, kami shalat Isya di Istighlal, Saya
bawa 1 mukenah yang dipakai bergantian dengan 3 gadis kecilku. Mendengar kami memakai mukenah bergantian, seorang Ibu yang duduk kira-kira 3 langkah di samping kanan Saya berujar
"Bu, pakai mukenah Saya aja. Bersih
koq"
Saya menggeleng.
Saat menunggu giliran shalat, Saya mendengar
Ibu ini meminta uang "seikhlas"nya ke pengguna mukenahnya, tadi. Tapi ketika disodori 2000 rupiah dia menjawab "Biasanya Saya dikasih minimal 5000,
Mbak."
Melihat Saya masih mengantri -karena Saya
sengaja memilih antrian belakangan- Ibu tadi kembali menawarkan, "Pake
mukenah ini aja, Bu."
"Gratis, Bu?" Sebenarnya Saya hanya ngetes, haha
"Iya, gratis, koq"
"Tadi Saya dengar minta 5000"
"Seikhlasnya aja. Asalkan jangan dikasih 2000 aja kayak Mbak itu , tadi. Ngga cukup buat beli teh
botol" katanya sambil meringis.
"Padahal pahalanya besar loh, kalau mukenahnya ngga disewakan. Hidup Ibu
jadi berkah"
"Oalaahhh berkah, ngarep berkah thok yo ngga iso dianggo beli sabun, Bue" Kata si Ibu sembari ngeloyor pergi.
"Oalaahhh berkah, ngarep berkah thok yo ngga iso dianggo beli sabun, Bue" Kata si Ibu sembari ngeloyor pergi.
Pihak Masjid Istighlal sebenarnya telah menyediakan
banyak mukena gratis, tapi tempat penyimpanannya yang jauh di belakang, di dalam ruangan ganti
mukenah, sehingga bagi jamaah yg jarang-jarang shalat di sana tidak tahu lokasi mukenah yang
disediakan tersebut. (Saya pun tahunya belakangan setelah selesai shalat), Sedangkan
ibu-ibu penyewaan mukenah ini aktif
mendekati dan menawarkan ke setiap jamaah yang baru datang.
Hal ini jika dibiarkan terus, tentu akan memberikan citra buruk bagi pengurus Masjid Istighlal, karena bagi yang tidak tahu ada mukenah yang bisa dipakai secara gratis, pengurus masjid akan dianggap lalai menyediakan peralatan ibadah yang vital tersebut. Saran saya, mukenah sebaiknya ditempatkan di dalam lemari-lemari kecil di dekat tempat
shalat jamaah perempuan.
0 komentar:
Post a Comment