Hari
Senin ini rencana saya adalah rehat sejenak setelah beberapa pekan sebelumnya
jadwal pekerjaan di dalam dan di luar kota cukup padat, bahkan hingga
Sabtu-Minggu.
Namun
setelah mengantar suami ke kantornya, saya koq tiba-tiba ingin mengunjungi
salah satu agen di daerah Senen, Jakarta Pusat.
Dalam
kunjungan kali ini saya tidak bertemu dengan enci pemilik toko,
namun saya bisa mengobrol panjang lebar dengan beberapa karyawannya.
Sambil
ngobrol, saya melakukan survey kecil-kecilan. Baik tentang produk saya sendiri
maupun tentang produk kompetitor.
Lalu
terjadilah percakapan sebagai berikut, "Bu, punya kue yang model
begini ngga?" Tanya supervisor toko ke saya sambil menunjukkan sebuah kue
kering.
"Wah,
belum ada, Mbak" jawab saya.
"Bisa
bikin ngga, Bu? Kalau Ibu bisa bikin, masukkin kue
ini juga dong, Bu" Lanjut si Supervisor.
"Ya,
bisa sih. Tapi mesti setel mesin lagi. Jadi agak ribet."
"Bikin
deh, Bu. Nanti kita ambil ke Ibu aja. Malas saya berhubungan ama bos kue
ini" kata Supervisor, yang diamini anak buahnya.
"Kenapa?
Kan dia udah lama ngisi kue kering ke sini?" Tanya saya.
"Iya.
Tapi dia sih kurang kasih sayang. Kalau abis taruh kue,
ya udah, lempeng aja langsung pulang. Abis ambil
tagihan, ngga pernah tuh kami dibeliin teh botol. Bahkan
tester dikasih waktu pertama kali datang aja. Beda deh ama Ibu yang perhatian ke
kita-kita" lanjut si Supervisor Toko.
Maksud
lempeng aja di sini adalah hanya mengurus hal pokok saja lalu langsung
meninggalkan toko, tanpa menyempatkan buang waktu sejenak untuk
berbincang-bincang dengan karyawan toko.
Saya hanya mengangguk-angguk.
Bagi saya, selain customer pengguna produk saya (end-user), karyawan toko agen juga merupakan partner kerja yang penting. Karena justru merekalah yang berinteraksi dengan end-user, sehingga dari merekalah saya bisa mendapat berbagai informasi penting mengenai perilaku konsumen, penerimaan konsumen terhadap produk saya dan juga sepak terjang kompetitor. Dan dengan seringnya saya berinteraksi dengan mereka tentu mereka tidak merasa segan untuk membagi informasi tersebut kepada saya.
Dan saya juga sangat menyadari bahwa Ini adalah BIsnis, sehingga ada nilai uang dan penghargaan di dalamnya. Maka saya mengalokasikan sekian persen dari budget pemasaran saya untuk informasi yang mereka bagikan, juga untuk antusiasme mereka menawarkan produk saya kepada (calon) pembeli di toko.
Bentuk terima kasih saya tidak selalu berupa uang, tapi lebih sering dalam berupa barang, misalnya kaos, buah tangan saat saya kembali dari perjalanan luar kota, voucher makan dan lain-lain.
Yang jelas saya menyadari bahwa mereka membantu kesuksesan bisnis saya dan saya menghargainya. Dengan demikian mereka pun merasa saya berterima kasih dan menunjukkan perhatian agar mereka tidak merasa saya tidak sayang pada mereka.
Bentuk terima kasih saya tidak selalu berupa uang, tapi lebih sering dalam berupa barang, misalnya kaos, buah tangan saat saya kembali dari perjalanan luar kota, voucher makan dan lain-lain.
Yang jelas saya menyadari bahwa mereka membantu kesuksesan bisnis saya dan saya menghargainya. Dengan demikian mereka pun merasa saya berterima kasih dan menunjukkan perhatian agar mereka tidak merasa saya tidak sayang pada mereka.
0 komentar:
Post a Comment