Dulu,
ada saat-saat saya begitu takut mendengar bunyi telepon berdering. Yaitu ketika bisnis saya sedang
hancur-hancurnya dan daftar tagihan yang belum bisa saya bayar begitu panjang.
Jujur,
saya takut dimarahi.
Tapi
kemudian supplier-supplier tersebut malah berdatangan ke rumah, dan daftar malu
saya bertambah.
Yang
tadinya hanya supplier yang tahu saya punya kredit macet, sekarang dari mulai
satpam, Pak RT dan tetangga-tetangga ikutan tahu.
Biarpun
demikian, saya tetap ngga bisa ngumpet atau lari terus-terusan. Saya tidak
ingin masalah perdata malah menjadi pidana karena dianggap menipu. Jadi mau
ngga mau harus dihadapi.
Setelah
dihadapi, eaalahhh...walaupun ada juga yang marah-marah, tapi lebih banyak yang
mau diajak bernegosiasi.
Dan
masalah tagihan bisa selesai dengan cara yang lebih nyaman.
Namun
ada akibat lari-lari, mereka jadi kehilangan kepercayaan. Kapok mau mensupply.
Seandainya saya saat itu bisa 'gagah berani' menghadapi, mungkin mereka masih
ada pertimbangan-pertimbangan. Sebagai pebisnis mereka tentu sudah sering
menghadapi kredit macet.
Dari
situ saya belajar.
Sekarang tidak takut lagi dengan tagihan, jika belum ada dana untuk membayar, saya akan katakan terus terang. Dan masalah-masalah pembayaran saya handle langsung. Jika ada keterlambatan saya kasihan dengan anak buah jika mereka yang dimarahi supplier.
Namun, Alhamdulillah, saya belum pernah lagi menghadapi debt collector.
Sekarang
siapapun mau menelpon saya, pagi-siang-sore-malam, sepanjang ponsel saya tidak
sedang off, atau kebetulan saya jauh dari ponsel, Insya Allah akan selalu saya
jawab.
Karena
tidak jarang saya mendapat kesempatan baru justru dari
orang-orang/perusahaan-perusahaan yang sebelumnya tidak saya kenal. Dan saya tidak ingin kehilangan kesempatan itu.