Pernah ada seorang teman bertanya seusai kami menonton film Back To The Future, “Kalau sekiranya ada mesin waktu, kamu mau ngga kembali ke masa lalu?”
“Iya sih. Kalau bisa kembali ke masa lalu, ada beberapa kelakuan buruk saya yang ingin saya perbaiki.”
“Iya sih. Kalau bisa kembali ke masa lalu, ada beberapa kelakuan buruk saya yang ingin saya perbaiki.”
“Tapi, kalau kamu berkelakuan baik terus di saat muda, kamu tidak akan belajar dari hasil kelakuan buruk tersebut.” Kata teman saya.
Masuk akal.
Tapi ternyata setiap orang memiliki mesin waktunya masing-masing. Bentuk mesin waktu itu dapat bermacam-macam. Bisa berbentuk sebuah rumah yang pernah disinggahi, jalan yang pernah dilewati, selembar foto lama atau sebuah lagu.
Yup.
Bagi saya sendiri, banyak sekali lagu yang bisa menjadi mesin waktu . Sejak intro pertama sebuah lagu mengalun, mampu membuat saya tergelak, senyum miris, mengerutkan kening atau langsung kanclep karena mendadak sedih. Saya bisa mengingat lokasi, orang (atau orang-orang) yang berada di sekitar, suasana, bahkan kalimat-kalimat berkesan yang saya dengar ketika itu.
Bagi saya sendiri, banyak sekali lagu yang bisa menjadi mesin waktu . Sejak intro pertama sebuah lagu mengalun, mampu membuat saya tergelak, senyum miris, mengerutkan kening atau langsung kanclep karena mendadak sedih. Saya bisa mengingat lokasi, orang (atau orang-orang) yang berada di sekitar, suasana, bahkan kalimat-kalimat berkesan yang saya dengar ketika itu.
Begitupun pada lagu Since I Don’t Have You-nya Guns and Roses. Rupanya telah menjadi mesin waktu bagi suami saya.
Pagi ini saya dan suami iseng berkolaborasi bermain gitar. Untuk lagu panduan, saya membuka laman Youtube. Nah, dari daftar berbagai lagu era 90-an yang disarankan oleh Youtube, salah satunya adalah lagu ini. Sayapun mengkliknya. Baru saja intro mengalun, partner ngegitar saya ini langsung makjengkalit,
"Ganti lagunya!"
“Kan enak lagunya. Kenapa sih?”
Wow.
Ada kenangan buruk, rupanya. Tapi koq mendengar protes darinya malah membuat saya susah berhenti ketawa. Karena saya terlibat di dalam ceritanya mengenai lagu ini.
Hhmm, rupanya ketika seorang rocker patah hati, lagu pilihannya saat merana bukanlah lagu Betharia Sonata.
--
Curhat-an saya lainnya: