Perintah
pertama Allah kepada Rasululullah Sallahu 'alaihi wassalam adalah:
"Iqra!" -
"Bacalah'
Agar
pengetahuan bertambah.
Dengan
membaca, kita bisa belajar hal yang baru. Ilmu-ilmu agama yang belum kita tahu,
kita baca (pelajari) dari Al Qur'an dan Al Hadist. Begitupun dengan membaca
kita bisa menambah ilmu pengetahuan lainnya. Sekarang mudah saja untuk mencari
bahan bacaan. Selain kita bisa membaca buku"fisik", kita juga bisa
membaca buku elektronik, membaca dari blog-blog dakwah para ustadz, bisa nonton
di youtube, dsb.
Dengan
membaca, seorang lulusan teknik seperti saya, bisa mempelajari cara membuat
kue, bahkan bagaimana cara membuat laporan keuangan, misalnya.
Asalkan
kita MAU.
Jadi
kuncinya adalah MAU atau TIDAK MAU membaca. Mau atau tidak mau belajar.
"Iqra!"
Bacalah.
Dengan
membaca kita jadi tahu. Asalkan kita pandai MEMILIH referensi yang tepat. Kalau
kita salah memilih acuan bacaan, yang terjadi adalah malah jadi SOK TAU. Merasa
tahu padahal salah.
Indikator
salah atau tidaknya pengetahuan yang kita miliki adalah DI HATI. Karena seperti
kata Dorce : "Kebenaran itu milik Allah".
Jika kita belajar ilmu pengetahuan yang benar, maka kita makin dekat dengan Allah. Sebaliknya ilmu pengetahuan yang salah, akan menyesatkan. Karena ilmu pengetahuan yang salah, ya, sudah pasti merupakan hasil olahan syetan. Sudah sunatullah, bahwa "hobi" syetan yang utama adalah menyesatkan.
Jika kita belajar ilmu pengetahuan yang benar, maka kita makin dekat dengan Allah. Sebaliknya ilmu pengetahuan yang salah, akan menyesatkan. Karena ilmu pengetahuan yang salah, ya, sudah pasti merupakan hasil olahan syetan. Sudah sunatullah, bahwa "hobi" syetan yang utama adalah menyesatkan.
‘Karena
Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.
[Al-A’râf/7:16-17]
Jadi,
ketika kita baru belajar sedikit ilmu, koq malah jadi sombong, semua orang
dianggap goblok, sedikit-sedikit mengkritik, merasa tinggi hati, coba dicek
jangan-jangan ilmu kita salah.
Dicek aja, salahnya dimana: sumber bacaan kitakah yang salah?
Guru yang mengajarkan yang salah?
Atau jangan-jangan HATI kita yang salah karena niat belajar yang salah?
Niat belajar salah misalnya tujuannya untuk "menghabisi" seseorang dalam perdebatan untuk memuaskan ego agar dianggap sebagai orang yg paling alim (arti alim: berilmu). Nah pada ego lah menjadi celah bagi syetan untuk masuk. Outputnya, praktek ilmu dalam tingkah laku sehari-hari jadi salah.
Guru yang mengajarkan yang salah?
Atau jangan-jangan HATI kita yang salah karena niat belajar yang salah?
Niat belajar salah misalnya tujuannya untuk "menghabisi" seseorang dalam perdebatan untuk memuaskan ego agar dianggap sebagai orang yg paling alim (arti alim: berilmu). Nah pada ego lah menjadi celah bagi syetan untuk masuk. Outputnya, praktek ilmu dalam tingkah laku sehari-hari jadi salah.
"Ingatlah
bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa
ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
---
Note:
*sebetulnya
'kita' ini adalah 'AKU ', cuma aku terlalu malu untuk otokritik, sehingga
mengajak kamu.
Maafkan
hatiku yang salah.
0 komentar:
Post a Comment